Rabu, 27 Mei 2020

Katopasa, Kabupaten Tojo una-una






    Gunung Katopasa yang terletak pada Desa Mire Kabupaten Tojo una-una Sulawesi Tengah dengan ketinggian 2852 Meter Di Permukaan Laut (mdpl). Gunung Katopasa menjadi gunung tertinggi dari gunung-gunung yang berada di sekitarnya. Gunung ini memiliki variasi medan dari hiking hingga scrambling juga memiliki 11 pos. Jika ingin bersantai menjejaki gunung ini, bisa membutuhkan waktu 5 hingga 7 hari, namun jika hanya ingin cepat menapaki puncak memakan waktu 3 hari bagi yang tenaganya mampu berjalan cepat.  Gunung Katopasa mempunyai trek yang panjang dan medan yang kebanyakan sulit dibanding gampangnya. Makanya setiap ada yang ingin menjejaki gunung ini butuh persiapan fisik yang matang, persiapan mental, dan sudah pasti persiapan alat dan logistik yang lengkap.  

   Mei 2017 saya bersama tiga orang sahabat siap untuk menapaki Gunung Katopasa, dengan persiapan berbulan-bulan akhirnya kami diizinkan untuk punya kesempatan berkunjung kesana. 10 hari waktu yang kami siapkan untuk bersuka ria di Kabupaten Tojo una-una, 7 hari yang kami pakai untuk berada didalam hutan Gunung Katopasa, 4 hari waktu untuk naik , 2 hari untuk turun dan 1 hari menginap di puncak. Menjadi view yang luar biasa ketika berada dipuncak, suasana pagi dan sore hari menjadi kenyamanan untuk indera pelihat dan indera perasa, meskipun dingin udara Gunung Katopasa tak mau berhenti memeluk tubuh kami. Katopasa mempunyai dua puncak, satu puncak sebelum puncak sesungguhnya adalah hasil ekspedisi dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Tadulako Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 

   Keindahan Gunung Katopasa menjadi surga tersembunyi yang ada pada Kabupaten Tojo una-una bagi saya. Banyak Flora dan Fauna yang hidup didalamnya. Pada waktu itu kami sempat bertemu oleh beberapa pemburu Kantong Semar, mereka mengatakan bahwa di pegunungan katopasa menjadi salah satu tempat yang banyak menghidupi kantong semar. Wajar saja mereka sering berkunjung di gunung ini. Di katopasa kami juga banyak melihat ranjau untuk babi dan anoa. Karena memang sebelum melakukan pendakian, warga setempat sudah mengatakan bahwa didalam hutan ini masih banyak babi dan anoa yang berkeliaran. Untung saja selama perjalanan kami hanya mendapatkan kotoran hewan-hewan tersebut. Coba kalau ketemu hewannya langsung, waduh.. bisa-bisa kami dikira sebagai ancaman bagi mereka, terus yang ada kami diterkam hehehehe syukur saja tidak terjadi apapun.  

   




Adinda Mei 2017





Sabtu, 23 Mei 2020

Sambori Island




    Pulau sambori terletak di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Perjalanan  dapat ditempuh 2-4 jam menuju  titik tujuan. Tempat ini kadang  orang-orang  menyebutnya sebagai ratu ampat, sebab keindahan  pulau-pulau yang ada hampir mirip dengan pemandangan di raja ampat. Sungguh sangat menakjubkan, jika ingin berlibur kesini 2-3 hari saja tidaklah cukup. Selain membuat suasana hati menjadi nyaman pemandangannya sangat-sangat memanjakan indera pelihat. Kebayang kan seperti apa suasananya. 

    April 2018 saya dan kawan-kawan siap untuk bersentuhan langsung dengan udara Pulau Sambori, kebetulan pada bulan itu adalah musim hujan dan musim ombak, tentu saja para pengunjung Pulau Sambori terbilang sepi karena tidak ada yang ingin mengambil resiko untuk melawan ombak-ombak selama perjalanan menuju pulau. Tapi.. saya dan kawan-kawan bertekad keras untuk tetap melakukan perjalanan kesana saking penasarannya seperti apa keindahan Pulau Sambori. Sebelumnya kami tidak di izinkan untuk melakukan perjalanan, bermacam-macam cara sudah kami lakukan dan pada akhirnya setelah satu hari satu malam menunggu alhasil kami di izinkan untuk berangkat, jangan dicontoh yaaa hal seperti ini hehehehe, karena  pemaksaan kami ini adalah resiko  yang sangat berbahaya. 

   Dengan membayar Rp. 1.000.000 sewa kendaraan laut yang sangat sederhana, tepat pukul 05:30 pagi kami siap berangkat dari Desa Lafeu Bungku Selatan  menuju Pulau Sambori Kabupaten Morowali Sulawesi tengah. Dalam perjalanan kami disungguhkan banyak pemandangan cantik dari laut Kabupaten ini, tubuh terasa nyaman disentuh langsung oleh angin laut nan sejuk di pagi hari. Sungguh menyenangkan melihat langsung matahari terbit dari  tengah laut ditemani ikan-ikan hias yang dengan segar menyapa kedatangan kami. 

   Jauh sudah kendaraan laut berlayar rumah-rumah tak lagi dipandang oleh mata, laut yang semakin membiru, matahari yang sayup sudah mulai berada di atas kepala. Tiba-tiba angin sepoy berubah menjadi angin marah seakan menegur kedatangan kami yang dengan cara memaksa. Hujan pun turun , anehnya hujan turun tidak merdu melainkan keras seperti batu. Sungguh sangat menakutkan. Ditengah laut biru tanpa memandang apapun selain laut dan langit,  hujan, ombak, dan angin kencang menghampiri kami dengan kasar, ditambah kendaraan laut yang tiba-tiba saja mati. Dengan keadaan ini apalagi yang ada didalam pikiran kalau bukan kematian. Dengan mengingat dan menyebut nama Allah Swt sedikit menenangkan perasaan tapi tidak pada kenyataan. 

   Kurang lebih 20 menit peristiwa itu menemani kami setelah kendaraan pun kembali menyala, hati legah dan seketika mengingat kesalahan akan pemaksaan yang sudah terjadi. Untungnya kawan-kawanku tidak semua tipikal  orang-orang yang  penakut, makanya setelah kejadian kami selalu saja menertawakan apa yang sudah terjadi sekaligus sedikit menyesali apa yang sudah kita lakukan. 
Beberapa menit setelahnya  kami di takjubkan dengan pulau yang berhadapan seperti menyerupai sebuah pintu dan menandakan bahwa kami telah memasuki kawasan  Pulau Sambori yang khas dengan bebatuan kars itu. 

    Apalah arti sebuah kenikmatan tanpa rasa syukur, sungguh Maha Besar sang Pencipta langit dan bumi yang telah menciptakan berbagai macam keindahan yang kadang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata tapi selalu terasa. Disini saya membuktikan benar kata orang-orang jika menyebutnya sebagai ratu ampat, Sambori benar-benar terlihat seperti raja ampat yang pernah kupandangi walaupun hanya sebatas foto. Hehehe
Dengan banyaknya spot-spot wisata yang cantik, ternyata Sambori menyimpan banyak permata-permata dibawah batuan kars. Disini banyak Gua yang bisa di masuki untuk dijadikan explore wisata apalagi bagi pecinta Caving. Dan Gua yang ada disini rata-rata masih hidup, cocok kan untuk para pecinta Caving. 

   Di Pulau Sambori sudah banyak terbangun koteks untuk para pengunjung, kebetulan kami hanya membawa perlengkapan kemping makanya tidak memilih untuk tidur didalam koteks yang sudah tersedia. Air laut di Pulau Sambori sangat jernih dan bersih berwarna seperti relaxa sangat asik untuk melakukan snorkling. Sayangnya di pulau ini kekurangan air bersih, makanya setiap pengunjung yang datang harus membeli air bersih, yaaa termaksut kami. Untuk melakukan traveling ke pulau ini diharuskan agar membawa biaya lebih karena biaya hidup disini terbilang mahal, terkecuali orang-orang yang ingin tinggal di pulau ini dan melakukan sosiologi pedesaan yang bagus sudah pasti biaya hidupnya terjamin dan bebas menikmati sekitaran pulau tanpa biaya sepersen pun hehehehe. 






Adinda, april 2018

Jumat, 22 Mei 2020

Palu, Gawalise.





  Gunung Gawalise yang berada di sisi barat Kota Palu Sulawesi Tengah. Jalur pendakian yang dimulai melalui Kelurahan Silae, Desa Kalora, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi. Gunung Gawalise memiliki ketinggian 2.023 mdpl, Gunung Gawalise satu-satunya gunung di Kota Palu yang didaki mulai dari titik 0 mdpl dan mempunyai jalur yang ekstrim. Di kaki Gunung Gawalise mempunyai banyak masyarakat tetap dengan suku kaili da'a dan mayoritas agama islam.  

  Yang pernah menginjakkan kaki di gunung ini pasti sudah paham managemen yang harus disiapkan, dengan memakan waktu 3 hari 2 malam gunung ini tak boleh diremehkan karena selain jalur yang ekstrim dingin dan jenis hutan tropisnya tak main-main. Tapi dibalik itu semua gunung ini menyimpan banyak keindahan yang selalu bisa memuaskan penglihatan. Jika kita melakukan pendakian pada siang hari, tubuh akan berpapasan langsung dengan sinar matahari tapi indahnya pemandangan Kota Palu menjadi bonus dalam perjalanan, jika kita melakukan pendakian malam hari akan beresiko hilangnya jalur, karena banyaknya percabangan yang akan dilewati. Tapi gunung ini memiliki banyak penanda jalur yang telah dipasang oleh anak-anak Komunitas Pecinta Alam Kota Palu. Kebanyakan dari kami senang untuk melakukan pendakian di malam hari, mungkin karena lelah dan haus selama perjalanan tidak begitu terasa, karena sudah kebayang kan bagaimana haus dan keringnya kita ketika melakukan pendakian pada siang hari yang harus berpapasan langsung dengan sinar matahari. hehehehe.

  Gambar diatas adalah kali ketiga saya melakukan pendakian di Gunung Gawalise pada tahun 2016, pendakian pertama saya pada tahun 2014 dan pendakian terakhir setelahnya pada pergantian tahun 2017 ke 2018, jarak untuk saya melakukan pendakian disana cukup lama sebab gunung ini telah dikuasai oleh masyarakat setempat makanya para pendaki kadang tak di izinkan untuk melakukan pendakian, entah apa penyebab utamanya yang jelas alasan yang diberikan oleh masyarakat disana tak pernah jelas, seakan akan para pendaki yang datang hanya membuat kerusakan pada gunung tersebut, padahal bukti yang ada juga masih kurang jelas. Meskipun jalurnya menyebalkan rasa untuk selalu ingin melakukan pendakian di sana tak pernah berhenti. Ketika berada di atas gunung ini, ia selalu memperkenalkan kepada orang yang sedang bersamanya disana akan kecantikan kota teluk, jadi selalu merasa bangga menjadi bagian masyarakat Kota Palu yang ternyata tak kalah cantik dengan kota-kota yang lain. 



  

Adinda, Januari 2016


















  








Kamis, 21 Mei 2020

kawah asam..




  Kawah Ijen terletak di Gunung Ijen yang termaksut golongan gunung berapi merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso Jawa timur,Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.386 Meter Di Permukaan Laut (mdpl). Kawah yang ada di Gunung Ijen merupakan salah satu kawah yang paling asam yang terbesar di dunia.

 Pada 29 februari 2019 berangkat dari Palu Kota korban liquifaksi menuju Yogyakarta Kota pendidikan. Dan di 2019 tepat pada tanggal 17 Maret  saya diberikan kesempatan oleh Sang Khaliq untuk menginjakkan kaki di Kawah Ijen. Benar-benar itu adalah kali pertama saya berada disana, sungguh menakjubkan.

  Keindahan Kawah Ijen tak bisa diungkapkan oleh kata-kata, meski dingin menguasai tubuh, kabut yang kadang menghalang sudut pandang, asap belerang yang membahayakan, dan lelah akan panjangnya trek pendakian untuk menuju titik tuju, itu semua tidak bisa menyaingi keinginan untuk tetap menikmati pesona sang kawah. Berada di sana membuat rasa syukur tak pernah berhenti, karena salah satu rasa yang selalu membuat nikmat kehidupan adalah selalu merasa bersyukur.

 Tak hanya orang lokal yang penasaran akan keindahan Kawah Ijen namun para Warga Negara Asing juga yang selalu terlihat antusias betapa luar biasanya Kawah yang berada di Gunung Ijen ini. Di Kawah Ijen juga salah satu tempat yang paling cantik ketika ingin menyaksikan indahnya matahari terbit dan indahnya fenomena Blue Fire atau api biru yang muncul dari belerang pada saat hari sudah gelap, di dunia keindahan Blue Fire hanya ada di dua negara yaitu Indonesia dan Islandia. Makanya para turis juga warga lokal selalu berlomba lomba agar bisa melihat langsung keindahannya, sehingga Kawah Ijen tak pernah terlihat sepi. Namun sayangnya hari itu saya tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan, sebab cuaca memang sedang musim hujan. Meskipun demikian, rasa sesal tak pernah menghampiri. Karena setidaknya saya sudah bisa menghirup langsung udara di Kawah Ijen.

 Sempat terharu ketika berada di Kawah Ijen karena melihat para pekerja penambang belerang, pekerjaan yang sungguh mempertaruhkan nyawa. Melawan bahayanya asap belerang, mengangkat belerang dengan beban yang sangat berat dan trek jalur yang menanjak dari lokasi tambang menuju atas kawah kemudian melanjutkan trek landai kebawah yang berjarak kurang lebih 3 kilometer, para penambang bisa mengangkut 150 hingga 200 kg belerang per hari lalu dipikul di keranjang, belerang dapat di jual dengan harga Rp.1250. Siapa sangka pekerjaan yang membahayakan itu tidak sebanding dengan hasil yang akan didapatkan.

 Melihat hal-hal seperti itu membuatku merasa berdosa, begitu besar perjuangan para orang tua untuk kesejahteraan keluarganya namun terkadang kita para anak-anak kurang merasa bersyukur hingga tak puas dengan apa yang sudah dimiliki. Tersadar akan hal itu seketika mengingat keberadaan orang tua nun jauh disana. Mengingat semua kesalahan yang selalu mengabaikan harapan dan perjuangan orang tua yang bersikeras mencari nafkah untuk biaya hidup juga sekolah. Sungguh naifnya saya melupakan begitu saja semua itu.
 Dari hal ini saya mendapatkan banyak kesalahan saya dan menyimpan banyak hal baik untuk perbaikan kehidupan. Terima kasih Pencipta, terima kasih Kawah Ijen.



 Adinda, Maret 2019

HIDUP.

 25 tahun yang lalu.  Akhirnya manusia itu lahir di dunia, setelah bersepakat dengan Tuhan. Lahir dengan suara merengek entah sedang merasak...