Kamis, 21 Mei 2020

kawah asam..




  Kawah Ijen terletak di Gunung Ijen yang termaksut golongan gunung berapi merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso Jawa timur,Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.386 Meter Di Permukaan Laut (mdpl). Kawah yang ada di Gunung Ijen merupakan salah satu kawah yang paling asam yang terbesar di dunia.

 Pada 29 februari 2019 berangkat dari Palu Kota korban liquifaksi menuju Yogyakarta Kota pendidikan. Dan di 2019 tepat pada tanggal 17 Maret  saya diberikan kesempatan oleh Sang Khaliq untuk menginjakkan kaki di Kawah Ijen. Benar-benar itu adalah kali pertama saya berada disana, sungguh menakjubkan.

  Keindahan Kawah Ijen tak bisa diungkapkan oleh kata-kata, meski dingin menguasai tubuh, kabut yang kadang menghalang sudut pandang, asap belerang yang membahayakan, dan lelah akan panjangnya trek pendakian untuk menuju titik tuju, itu semua tidak bisa menyaingi keinginan untuk tetap menikmati pesona sang kawah. Berada di sana membuat rasa syukur tak pernah berhenti, karena salah satu rasa yang selalu membuat nikmat kehidupan adalah selalu merasa bersyukur.

 Tak hanya orang lokal yang penasaran akan keindahan Kawah Ijen namun para Warga Negara Asing juga yang selalu terlihat antusias betapa luar biasanya Kawah yang berada di Gunung Ijen ini. Di Kawah Ijen juga salah satu tempat yang paling cantik ketika ingin menyaksikan indahnya matahari terbit dan indahnya fenomena Blue Fire atau api biru yang muncul dari belerang pada saat hari sudah gelap, di dunia keindahan Blue Fire hanya ada di dua negara yaitu Indonesia dan Islandia. Makanya para turis juga warga lokal selalu berlomba lomba agar bisa melihat langsung keindahannya, sehingga Kawah Ijen tak pernah terlihat sepi. Namun sayangnya hari itu saya tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan, sebab cuaca memang sedang musim hujan. Meskipun demikian, rasa sesal tak pernah menghampiri. Karena setidaknya saya sudah bisa menghirup langsung udara di Kawah Ijen.

 Sempat terharu ketika berada di Kawah Ijen karena melihat para pekerja penambang belerang, pekerjaan yang sungguh mempertaruhkan nyawa. Melawan bahayanya asap belerang, mengangkat belerang dengan beban yang sangat berat dan trek jalur yang menanjak dari lokasi tambang menuju atas kawah kemudian melanjutkan trek landai kebawah yang berjarak kurang lebih 3 kilometer, para penambang bisa mengangkut 150 hingga 200 kg belerang per hari lalu dipikul di keranjang, belerang dapat di jual dengan harga Rp.1250. Siapa sangka pekerjaan yang membahayakan itu tidak sebanding dengan hasil yang akan didapatkan.

 Melihat hal-hal seperti itu membuatku merasa berdosa, begitu besar perjuangan para orang tua untuk kesejahteraan keluarganya namun terkadang kita para anak-anak kurang merasa bersyukur hingga tak puas dengan apa yang sudah dimiliki. Tersadar akan hal itu seketika mengingat keberadaan orang tua nun jauh disana. Mengingat semua kesalahan yang selalu mengabaikan harapan dan perjuangan orang tua yang bersikeras mencari nafkah untuk biaya hidup juga sekolah. Sungguh naifnya saya melupakan begitu saja semua itu.
 Dari hal ini saya mendapatkan banyak kesalahan saya dan menyimpan banyak hal baik untuk perbaikan kehidupan. Terima kasih Pencipta, terima kasih Kawah Ijen.



 Adinda, Maret 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HIDUP.

 25 tahun yang lalu.  Akhirnya manusia itu lahir di dunia, setelah bersepakat dengan Tuhan. Lahir dengan suara merengek entah sedang merasak...